Menjadi freelancer menawarkan fleksibilitas waktu dan tempat kerja. Namun, di balik kebebasan tersebut, terdapat tantangan besar dalam mengelola keuangan. Pendapatan yang tidak tetap dan tidak adanya fasilitas dari perusahaan seperti tunjangan atau pensiun, membuat perencanaan keuangan menjadi hal yang sangat penting bagi para freelancer.
Tanpa perencanaan yang matang, seorang freelancer berisiko kesulitan mengelola kebutuhan bulanan, menabung, hingga menghadapi kondisi darurat. Berikut ini adalah beberapa Rencana keuangan untuk freelancer dan membangun rencana keuangan yang solid dan berkelanjutan.
1. Hitung Pendapatan Rata-Rata Bulanan
Langkah awal dalam membuat rencana keuangan adalah mengetahui pendapatan rata-rata bulanan. Karena penghasilan freelancer bisa fluktuatif, ambil data pendapatan selama 6 hingga 12 bulan terakhir, lalu hitung rata-ratanya.
Pendapatan rata-rata ini akan menjadi dasar dalam menyusun anggaran belanja, tabungan, dan kebutuhan lainnya. Jika baru memulai dan belum punya data cukup, gunakan proyeksi realistis dari pendapatan yang paling rendah.
2. Buat Anggaran Bulanan
Setelah mengetahui pendapatan rata-rata, buat anggaran bulanan yang mencakup kebutuhan pokok, cicilan (jika ada), dana darurat, tabungan, dan pengeluaran gaya hidup.
Pisahkan juga antara kebutuhan pribadi dan operasional kerja. Misalnya, biaya internet, perangkat kerja, atau langganan perangkat lunak perlu dicatat sebagai pengeluaran usaha.
3. Siapkan Dana Darurat
Dana darurat wajib dimiliki oleh siapa pun, terutama freelancer. Karena tidak ada jaminan gaji bulanan, dana darurat bisa menjadi penyelamat saat proyek sedang sepi. Idealnya, dana darurat berjumlah 3–6 kali total pengeluaran bulanan.
Simpan dana ini di rekening terpisah yang mudah diakses, tetapi tidak terlalu menggoda untuk diambil. Disiplin menambah dana darurat setiap bulan merupakan kebiasaan finansial yang sehat.
4. Pisahkan Rekening Pribadi dan Profesional
Agar lebih rapi dan mudah dipantau, sebaiknya memiliki rekening berbeda untuk keuangan pribadi dan profesional.
Pemilahan ini juga memudahkan saat ingin menghitung keuntungan bersih, membayar pajak, atau menganalisis pertumbuhan finansial usaha freelance.
5. Bayar Pajak Secara Mandiri
Sebagai freelancer, kamu bertanggung jawab sendiri atas kewajiban pajak. Pastikan untuk mencatat seluruh penghasilan dan pengeluaran secara rapi, karena data ini akan dibutuhkan saat melapor SPT Tahunan.
Jika memungkinkan, sisihkan sekitar 5–10% dari setiap penghasilan untuk pajak. Konsultasikan juga dengan konsultan pajak jika belum yakin dengan perhitungan atau prosedurnya.
6. Sisihkan untuk Tabungan dan Investasi
Jangan menunggu sampai “ada sisa” baru menabung. Justru, prioritaskan menabung dan berinvestasi begitu menerima penghasilan. Gunakan metode seperti 50/30/20, di mana 20% pendapatan dialokasikan untuk tujuan keuangan jangka panjang.
Investasi bisa dalam bentuk reksa dana, emas, atau instrumen lain sesuai profil risiko. Mulai dari nominal kecil asalkan konsisten.
7. Buat Rencana Jangka Panjang
Sebagai freelancer, kamu juga perlu memikirkan masa depan. Rencanakan dana pensiun, dana pendidikan (jika sudah berkeluarga), dan target finansial lain. Rencana ini akan memberi arah dan motivasi dalam mengelola keuangan harian.
Tanpa rencana jangka panjang, penghasilan dari proyek besar bisa habis begitu saja tanpa bekas. Padahal, penghasilan tinggi seharusnya menjadi fondasi menuju kebebasan finansial.
Kesimpulan
Freelancer harus lebih proaktif dalam mengelola keuangan karena tidak ada struktur tetap seperti karyawan kantoran. Dengan menghitung pendapatan secara realistis, menyusun anggaran, menabung, serta mempersiapkan masa depan, freelancer bisa membangun stabilitas finansial meskipun penghasilan tidak menentu.
Disiplin dan kesadaran akan pentingnya perencanaan keuangan akan menjadi kunci sukses dalam menjalani kehidupan sebagai pekerja lepas.