Manisan khas Nusantara yang mulai hilang

Manisan khas Nusantara yang mulai hilang

0 0
Read Time:2 Minute, 34 Second

Indonesia dikenal sebagai negeri yang kaya akan ragam kuliner, termasuk aneka manisan tradisional yang dulunya sering dijumpai di pasar, hajatan, hingga sajian sehari-hari. Namun seiring perkembangan zaman, banyak di antaranya yang perlahan mulai hilang dari peredaran, tergeser oleh camilan modern. Padahal, manisan-manisan ini bukan hanya sekadar makanan, tapi juga bagian dari warisan budaya dan sejarah lokal. Berikut artikel ini akan membahas tentang Manisan khas Nusantara yang mulai hilang.

Manisan Kolang-Kaling Gula Merah

Kolang-kaling atau buah atap yang direbus dan dimasak dengan gula merah serta daun pandan menjadi salah satu manisan khas yang dahulu sering muncul saat puasa atau lebaran. Teksturnya kenyal dengan rasa manis alami. Kini, versi tradisional ini mulai jarang dibuat, digantikan oleh versi sirup merah dalam kemasan yang lebih praktis.

Manisan Tomat Kering

Tomat yang dikeringkan dengan gula hingga menjadi manisan sempat populer di beberapa daerah seperti Jawa Tengah dan Yogyakarta. Rasanya manis-asam, dengan tekstur legit dan lembut. Proses pembuatannya yang cukup lama membuat manisan ini kini hanya bisa ditemui di beberapa toko oleh-oleh tertentu.

Manisan Ceremai

Buah ceremai dikenal dengan rasa asamnya yang menyegarkan. Manisan ceremai biasanya dibuat dengan merendam buah dalam larutan gula dan garam. Dahulu sering dijual oleh pedagang kaki lima, kini manisan ini makin jarang terlihat karena buah ceremai sendiri makin sulit ditemukan di perkotaan.

Manisan Kedondong Asin

Kedondong muda yang diiris tipis lalu direndam dalam larutan garam dan cuka menghasilkan manisan dengan rasa asam segar dan asin yang khas. Manisan ini dulu populer sebagai oleh-oleh dari pasar tradisional. Saat ini, hanya sebagian kecil penjual rumahan yang masih memproduksinya.

Manisan Pala

Manisan pala merupakan salah satu warisan kuliner dari Maluku. Rasanya unik: manis, sedikit pahit, dan hangat di tenggorokan. Karena produksi pala kini lebih difokuskan pada rempah, manisan ini jadi sulit ditemukan kecuali di sentra produksi tradisional.

Manisan Salak Bali

Salak Bali yang diolah menjadi manisan basah atau kering dahulu cukup terkenal. Kini manisan salak jarang terlihat, kalah bersaing dengan camilan instan modern.

Manisan Mangga Kering

Mangga muda yang dikeringkan dengan gula membentuk camilan yang kenyal dan manis. Dulu manisan ini jadi favorit anak-anak sekolah. Kini, meskipun masih ada versi impor dari Thailand atau Filipina, versi lokalnya makin langka, karena keterbatasan produksi rumahan.

Penyebab Mulai Hilangnya Manisan Tradisional

Beberapa alasan utama yang menyebabkan hilangnya manisan khas Nusantara antara lain:

  • Kurangnya regenerasi pembuat manisan tradisional, karena dianggap tidak menguntungkan secara ekonomi.

  • Bahan baku yang sulit didapat seiring dengan urbanisasi dan alih fungsi lahan.

  • Minimnya promosi dan pelestarian dari pemerintah maupun komunitas kuliner.

Upaya Pelestarian

Untuk menjaga eksistensi manisan Nusantara, beberapa langkah dapat diambil:

  • Mendorong UMKM untuk mengangkat kembali manisan tradisional dengan kemasan menarik.

  • Memasukkan edukasi kuliner tradisional dalam kurikulum sekolah atau pelatihan komunitas.

  • Melibatkan media sosial dan platform digital untuk mempromosikan resep dan cerita di balik manisan tersebut.

Kesimpulan

Manisan khas Nusantara bukan hanya soal rasa, tetapi juga cerminan dari kekayaan budaya lokal dan kreativitas masyarakat dalam mengolah hasil bumi. Meskipun saat ini banyak yang mulai menghilang, bukan berarti tak bisa dibangkitkan kembali. Dengan minat generasi muda dan dukungan berbagai pihak, manisan-manisan ini bisa kembali menghiasi dapur dan pasar Indonesia.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%